5 Pelajaran di balik Protokol Kesehatan
Khutbah I
الحَمْدُ للّٰهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ
عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ
الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ
اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ
الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا
مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ
اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللّٰهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى
اللّٰهِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ
عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ
ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah,
Dalam berbagai macam situasi dan
kondisi apa pun, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kita kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita harus menyadari bahwa segala yang
terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini merupakan takdir dan kehendak-Nya.
Tidak ada yang bisa mendatangkan nikmat dan tidak ada yang bisa menerima tobat
kecuali Allah subhanahu wata’ala. Dialah yang paling berkuasa atas kehidupan
manusia di bumi ini karena semua berasal dari Allah dan semua akan kembali
kepada-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah
ayat 156:
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ
إِلَيْهِ رجِعُونَ
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna
lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn’ (sesungguhnya kami milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali).”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kita harus sadar bahwa dunia sedang
mengalami musibah pandemi Covid-19. Virus Corona ciptaan Allah subhanahu
wata’ala itu menginveksi manusia di berbagai penjuru dunia. Sejak Desember
2019, virus yang tak kasat mata ini mewabah dan tercatat sampai awal tahun
2021, sudah lebih dari 90 juta orang terinveksi. Makhluk Allah ini juga sampai
sekarang sudah menyebabkan sekitar 1,9 juta orang meninggal dunia.
Bencana non-alam ini mengakibatkan
berbagai sektor kehidupan terdampak, mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan,
dan berbagai sendi kehidupan manusia. Pandemi ini pun disikapi oleh pemangku
kebijakan dengan menerapkan pola hidup baru yang dikenal melalui istilah new
normal. Segala aktivitas kehidupan harus tetap berjalan namun juga harus
memperhatikan tatanan atau model baru untuk menghindari virus ini.
Pemerintah pun terus mengingatkan
masyarakat untuk senantiasa menaati dan menerapkan protokol kesehatan dalam
berbagai aktivitas. Hal ini ditujukan sebagai ikhtiar lahiriah untuk memutus
rantai penyebaran virus yang pertama kali muncul di negeri China ini. Protokol
kesehatan yang dianjurkan meliputi 5 hal yakni memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak, menghindari kerumunan & mengurangi mobilitas (keluar rumah).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Menurut para ahli, protokol
kesehatan ini dinilai mampu menjadi ikhtiar fisik dalam menjaga diri dan orang
lain dari paparan virus Corona. Namun jika direnungkan, 5 bentuk protokol
kesehatan ini memiliki hikmah dan makna penting yang patut menjadi renungan
kita bersama. Dengan merenungkan hakikat makna memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak, menghindari kerumunan & mengurangi mobilitas ini, kita
diingatkan kembali, betapa Allah subhanahu wata’ala sangat sayang pada
umat manusia dengan mengingatkan agar selalu ingat pada-Nya.
Protokol kesehatan pertama
adalah memakai masker. Ini bisa menjadi peringatan bagi kita bahwa di
zaman serbacanggih, saat setiap orang bebas mengekspresikan dan mengatakan apa
yang ada dalam benak dan pikirannya, kita diingatkan untuk senantiasa menjaga
mulut kita. Era media sosial yang tidak ada lagi batas waktu dan jarak ini,
menjadikan banyak orang ceroboh dan tidak memikirkan efek dari apa yang
diucapkan atau ditulis di media sosial.
Saat ini kita bisa rasakan sendiri,
banyak orang yang memproduksi hoaks, ujaran kebencian, dan propaganda untuk
berbagai kepentingan. Hal ini mengakibatkan berbagai permasalahan yang mengarah
pada konflik, banyak terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pun telah mengingatkan kita melalui haditsnya untuk
berbicara hal-hal yang baik saja.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصمُتْ
Artinya:“Siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau
diam” (HR al-Bukhari).
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah,
Protokol kesehatan yang kedua
adalah mencuci tangan. Rasulullah saw bersabda :
عَنْ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ
" إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْرِغْ عَلَى يَدِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَ يَدَهُ فِي إِنَائِهِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي فِيمَ بَاتَتْ
يَدُهُ " .
Artinya: Rasulullah SAW mengatakan,
"Ketika kamu bangun tidur, dia seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum
beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari." (HR
Muslim).
Hadits
ini mengingatkan pentingnya cuci tangan sebelum melakukan aktivitas. Cuci
tangan memastikan tidak ada virus dan bakteri yang berisiko menginfeksi tubuh.
Ini menjadi simbol bagi kita untuk
segera membersihkan diri dari banyaknya dosa yang telah dilakukan. Di zaman
modern ini, berbagai tindakan dosa yang ditimbulkan akibat ulah anggota badan
kita bisa dengan mudah dilakukan, baik dosa itu merugikan diri sendiri dan
terlebih merugikan orang lain.
Berbagai bencana alam maupun non-alam
menjadi peringatan bagi kita untuk segera bertobat kepada Allah dari dosa-dosa
yang telah kita lakukan. Pertobatan bisa dilakukan dengan banyak-banyak membaca
istighfar dengan harapan dosa-dosa yang telah kita perbuat diampuni oleh Allah
subhanahu wata’ala sehingga keberkahan akan turun kepada kita.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an
Surat Nuh ayat 10 sampai 13.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا . مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ
وَقَارًا
Artinya: “Maka
aku (Nuh) berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan (beristighfarlah) kepada
Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang
lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu’.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Protokol kesehatan yang ketiga
adalah menjaga jarak. Ini juga menjadi renungan kita untuk tetap menjaga
jarak dengan kehidupan dunia. Jangan sampai dunia yang hanya tempat mampir
untuk istirahat ini menjadikan kita lupa kehidupan yang abadi yakni akhirat.
Virus corona ini seolah-olah diutus oleh Allah untuk mengingatkan bahwa umat
manusia saat ini sudah tenggelam dalam kenikmatan dunia sekaligus lupa dan dibuat
lupa oleh pesona dunia.
Kehidupan dunia dan akhirat haruslah
seimbang sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits
yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ
تَمُوْتُ غَدًا
Artinya:
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan
bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Protokol kesehatan yang ke-empat
adalah menghindari kerumunan. Hal ini merupakan simbol bahwa terkadang
kita memang harus menyendiri dan bermuhasabah terhadap segala sesuatu yang
telah diperbuat selama ini. Kita harus menghitung-hitung kembali jika
kemungkinan selama hidup ini kita sombong dan tidak dapat menundukkan nafsu.
Manusia sering berbuat ketamakan dan kesewenang-wenangan karena nafsu telah
menunggangi akal sehat.
Sayyidina Umar bin Khattab telah
mengingatkan pentingnya muhasabah dalam satu khutbahnya, yakni:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ
الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ
نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
“Hisablah
diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian
untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari
kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat
hidup di dunia.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Protokol kesehatan yang terakhir
adalah mengurangi mobilitas (kegiatan di luar rumah) . Wasiat Nabi saw
kepada umatnya adlh perintah untuk bersemangat dalam melakukan hal² yang
bermanfaat. Di era pandemi seperti sekarang ini jangan smpai kita melakukan
hal² yang dapat menimbulkan bahaya (dhoror). Karena yang namanya perbuatan itu
ada tiga macam:
[1]
perbuatan yang mendatangkan manfaat,
[2]
perbuatan yang menimbulkan bahaya, dan
[3]
perbuatan yang tidak mendatangkan manfaat maupun bahaya.
Sedangkan
yang diperintahkan adalah melakukan macam yg pertama yaitu hal yg bermanfaat.
Orang yang berakal yang menerima
wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini pasti akan semangat melakukan hal
yang bermanfaat. Namun kebanyakan orang saat ini menyia²kan waktunya untuk hal
yang tidak bermanfaat. Bahkan kadangkala yang dilakukan adalah hal yang
membahayakan diri dan agamanya.
Demikian khutbah renungan hikmah di
balik protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sebagai orang yang
beriman, sudah seharusnya kita terus menanamkan dalam diri kita bahwa Allah-lah
yang paling kuasa terhadap segala apa yang terjadi. Sebagai makhluk lemah, kita
harus melakukan ikhtiar bumi agar kita diberi keselamatan dan melakukan ikhtiar
langit agar Allah segera mengangkat musibah ini dari muka bumi.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللّٰهَ العَظِيْمَ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ
أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللّٰهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه
نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . وَصَلَّى
اللّٰه عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللّٰهُـمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ
الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اَللّٰهُـمَّ إِنَّا نَعُوذُ
بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
. تحصنا بذى العزة
والجبروت واعتصمنا برب الملكوت وتوكلنا على الحي الذى لا يموت إصرف عنا الأذى
والوباء إنك على كل شيئ قدير
اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ
وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللّٰهِ إِنَّ
اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ
اللّٰهِ أَكْبَرُ.


Tidak ada komentar